Tuesday, July 7, 2015

What happened on 29th of May, 2009?

Cerita persalinan saya

Pagi ini, sekitar pukul 5.30 pagi waktu Saudi, saya bangun untuk solat subuh. Terasa sakit kontraksi yang amat sangat. Ini bukanlah hari persalinan yang diperkirakan oleh dokter. Masih sekitar 3 atau 4 hari lagi. Tapi karena saya aktif jalan-jalan, mungkin menjadi lebih cepat. Suami saya, yang seharusnya tenang dan memberikan saya masukan untuk bernafas dengan teratur untuk mengurangi rasa sakit, malah ikut panik. Dokter seharusnya lebih tenang dalam situasi seperti ini. Saya tidak bisa cepat-cepat bersiap ke rumah sakit karena rasa sakit yang datang setiap 2 menit. Mandipun jadi sangat lama. Pukul 9 pagi baru sampai di RS. RCMC, tempat suami bekerja. Langsung diperiksa oleh bidan, dan dikasih tau bahwa udah pembukaan 6 dan harus segera ke ruang persalinan. 

Saya naik kursi roda ke ruang persalinan. Saya tidak merasa takut atau nervous, hanya ingin segera keluar bayinya dan stop rasa sakit ini. Ruang persalinan yang berikan adalah khusus untuk staff, tidak bersama pasien lain. Dan suami boleh masuk ke ruangan. Biasanya hanya boleh diluar, kalau di Saudi seperti itu peraturannya. 

Dokter yang bagus yang sudah dipesan suami ternyata tidak sedang bertugas, entah sedang libur atau bukan shift dia. Dan saya harus ditangani oleh dokter lain. Selama berjam-jam, tidak ada dokter yang datang melihat. Hanya seorang suster yang duduk saja menulis report atau apalah itu. Tidak ada yang mengajari saya bagaimana cara mendorong atau bernafas yang benar. Dokter cuma sesekali datang, dan mengecek bukaan berapa. Suami harus pergi solat Jum'at. 

Sekitar pukul 2 siang, sudah pembukaan 10 dan siap untuk melahirkan. Tapi saya tidak bisa mendorong, sudah kehabisan tenaga karena mendorong bukan pada waktunya. Saya disuntik induksi dan kontraksi menjadi sangat kuat. Tapi anak saya stuck di jalan lahir dan tidak bisa keluar. Akhirnya mereka harus mengeluarkan bayi dengan cara vacuum. Saya mendengar suami saya keberatan. Akhirnya mereka tetap melakukannya, dan harus digunting untuk dimasukkan alat vacum yang sudah ketinggalan jaman itu. 

Pengakuan suami saya, dia hampir pingsan melihat darah dan melihat mereka menggunting dan memasukkan alat itu. Sangat besar sekali.  Saya sudah tidak tahu apa-apa lagi. Rasa sakit sudah terlalu. Akhirnya bayi keluar, tapi tidak menangis. Dipaksa menangis tapi sangat lemah. Mereka taruh Faris, bayi saya dipelukan saya. Saya sudah tidak tahu bagaimana perasaan saya saat itu. Sangat capek dan lemah. Ketika dijahit, saya tidak terlalu merasakannya karena di bius. Selama persalinan saya tidak berteriak, hanya menahan saja. 

Setelah 1 jam di jahit, dan anak saya dibawa keruang bayi untuk dibersihkan, dan suami mengikuti mereka, takut tertukar katanya. Saya dipindahkan ke ruangan lain. Disana, saya belum bertemu anak saya lagi. Hanya berdua suami. Seharusnya suami tidak boleh tidur disana, tapi saya tidak berani sendirian. Akhirnya suami pulang dan tidur dirumah. Dia tidak bisa tidur disana, dan ingin segera mencari informasi di internet soal vacuum dan bahayanya yang mungkin bisa dialami anak saya. Dan dia juga akan mengurus saya sendirian, jadi harus bisa istirahat dengan tenang. 

Saya sendirian di kamar yang berisi 3 tempat tidur itu. Ketika lewat tengah malam, suster memberikan Faris. Saya sangat bahagia bisa bertemu bayi saya. Sangat kecil sekali. Saya tidak tahu bagaimana menggendong bayi sekecil itu. Masih dalam pengaruh obat bius, saya bisa berjalan dan membersihkan kotorannya yang berwarna hitam. Tapi saya call nurse untuk membantu. 

Keesokan harinya, saya harus keluar dari RS. Dan dengan kursi roda dan bayi digendongan, saya didorong suami dan juga seorang dokter dan perawat. Saya menyesal tidak mengabadikan moment itu. 

My journey as a mother has begun...

2 comments:

Diah Alsa said...

Yiiihaaaa, akhirnya Ibuk satu ini nulis lagi, yeaay.
Waaahh ceritanya hampir sama ma saya waktu lahiran kemarin. Udh pembukaan lengkap tapi karena saya yg gak bisa ngeden buat keluarin Faraz jadi deh tu alat vacum yg bantu Faraz keluar. Sempat gak nangis jg waktu keluar, tapi cuma bbrpa saat, setelah dokter membersihkan lendirnya tangisnya pecah deh, Alhamdulillah.

Waktu dijahit itu rasanya sakiiit, padahal udh dibius, huhuhuhh ini niih yg buat sy masih was2 klo mau hamil dan melahirkan lagi.

dyaneethamr said...

Wwah, sama banget.. namanya Faraz ya.. hampir sama juga.. udah berapa umur Faraz skrg? Saya juga trauma.. :( tp pengen baby girl..

Tahap dan Biaya Proses Pembuatan Syarat Visa dan Pengajuan Visa Student

  Tulisan ini akan selalu berkembang sampai saya selesai apply dan dapat visa ya. Membaca semua informasi di website https://www.immigration...