Wednesday, December 5, 2018

Cerita sesar di RS. Columbia Asia Pulo Mas dengan BPJS (part 1)

(Gratis dengan BPJS= biaya tanpa BPJS sekitar 25-30juta).
sumber: https://www.columbiaasia.com/indonesia/hospitals/pulomas/overview

RS.Columbia Asia adalah RS bertaraf Internasional yang baru saja beroperasi selama 4 tahun, tapi sudah dikategorikan salah satu RS terbaik di Jakarta Timur.

Dekat dengan apartment, jadi kami putuskan untuk cek USG disini, waktu itu belum bekerja sama dengan BPJS. RS nya masih baru dan sepi. Waktu itu kami kurang puas karena pas di telepon, USG adalah 60.000, tapi setelah di kasir, menjadi 360.000 karena belum termasuk biaya dokter dan administrasi. Alat USG nya juga yang biasa saja, tidak terlalu canggih. Dokternya Dr. Djoni Taher SpOG yang sudah senior dan sangat baik dalam menjelaskan keadaan saya dan bayi.

Saya ubah FASKES ke Puskesmas Kelapa Gading. Tadinya mau yang Pulo Gadung, tapi karena salah pencet, jadi Pulo Gebang. Saya ke kantor BPJS untuk mengganti FASKES. Itu udah hari terakhir sebelum saya mudik, naasnya ketika disuruh pilih FASKES, hape saya mati, jadi saya pilih blindly.

Beberapa kali cek di Faskes itu, pelayanan baik namun RS yang dirujuk kurang sreg. Akhirnya, tanggal 31 Oktober, saya cepet-cepet ganti lagi FASKES ke Puskesmas Pulo Gadung sekalian mendaftarkan anak-anak (Faris dan Fatih yang belum lahir).

Ternyata Puskesmas ini belum pernah merujuk ke RS. Columbia Asia karena belum menerima BPJS, tapi saya memastikan lagi bahwa mereka sudah menerima BPJS (baru 1-2 bulan bekerja sama).

Saya tadinya mau ambil promo melahirkan normal 2 bed di RS ini (sekitar 8juta, belum termasuk obat kurang lebih 4 juta). Tapi kami takut, kalau ada penyulit, promo hilang dan menjadi tarif biasa ditambah biaya penyulit itu, apalagi kalau tiba-tiba harus sesar.. biayanya bisa mencapai 20-35 juta.

Jadi saya pasrah aja pake puskesmas. Tapi ternyata puskesmas melihat sejarah saya yang vacuum dengan bayi 3 kg, bayi lahir biru karena lama di jalan lahir dan lainnya, mereka merujuk saya ke RS. Columbia Asia.

Saya bernasib ke Dr. Djoni lagi, walaupun saya tidak masalah dengan dokter mana aja. Kali ini, RS sudah penuh dan saya menunggu kurang lebih 5 jam untuk bertemu dokter, karena udah BPJS, jadi udah rame.

Setelah di cek, bayi normal dan kemungkinan bisa normal, tapi masih di bikin janji temu untuk sekali lagi untuk memastikan. Waktu itu sudah 37-38 minggu.

Ketika waktunya cek lagi, keluarga saya lagi ada di Jakarta dan kami jalan-jalan ke Bandung. Saya re-schedule ke minggu depan aja. Kalaupun lahiran di Bandung, ya ga apa-apa.

Saya di Bandung jalan-jalan sambil mengumpulkan informasi melahirkan disana. Siapa tahu kan. Tapi si Fatih belum mau keluar juga, padahal keluarga saya udah harus pulang ke Lubuklinggau lagi..

Sampai di JKT, saya tiba-tiba mulas dan kontraksi, saya ngerasa baby sangat gelisah dan sepertinya stress, apa mungkin kecapean, tapi kan saya cuma jalan-jalan biasa aja, walaupun di JKT jg saya tetap jalan-jalan di MALL. Jadi kami ke Puskesmas dulu .Disana diperiksa, katanya cuma brixton hiks, bisa pulang krn pembukaan cuma 2 cm alias 1. Mereka menyarankan ke RS. CA karena saya masih ada kontrol disana.

Langsung kami kesana....

Saya di cek langsung, denyut jantung bayinya. Saya dan suami kaget kadang2 denyutnya melemah. Ternyata dokternya juga khawatir itu bukan tanda yang baik, jadi harus segera di cesar malam itu juga... masuk jam 8 malam, jam 10 masuk ruang operasi...

Setelah cek denyut jantung jam 8 malam, dan ada indikasi denyut jantung bayi yang melemah, dokter memutuskan untuk segera di operasi malam ini juga. Saya seperti di vonis hukuman mati (lebay) karena ga pernah terpikir mau di sesar. Tapi demi Fatih, apapun akan saya lakukan. Walaupun takutnya setengah mati. Sampai naik tensi.
Setelah cek darah, ganti baju operasi, pasang infus dan tanda tangan banyak dokumen, saya di bawa ke ruang operasi. Sebelum masuk, Faris datang dan cium mama dulu, minta doanya.
Melihat mereka menjauh dan pintu tertutup. Saya hanya bisa pasrah. Suami dan yuknana mengantar sampai ke pintu ruang operasi. Saya sendirian, menunggu detik-detik masuk ruang operasi. Ada dokter anastesi yang menerangkan kalau operasi akan berlangsung selama 2 jam. Kala itu pukul 10 malam. Jadi babyi akan lahir sekitar jam 11-12 malam tanggal 2 atau 3 Desember. Tanggal cantik 21218. Cek tensi lagi, naik, diminta tenang dan tarik nafas, jangan takut.
Setelah beberapa menit, saya didorong ke ruang operasi yang kayak di film-film, ada beberapa orang memakai baju scrub warna hijau, dan alat-alat operasi yang menakutkan bagi saya. Ruangannya sangat luas. Sayang suamiku ga boleh masuk.
Siap-siap akan di bius lokal di punggung. Ingat cerita adekku, kalau mau dibius harus rileks dan pasrah, karena nanti bisa sakit dan ga berhasil. Cuma sekali dan berhasil, ga terlalu sakit. Langsung diisi obat bius dan langsung merasa kebas kakinya.
Saya ingat mereka mainkan lagu Chibi Maruko Chan. "Hal yang menyenangkan hati, banyak sekali bahkan kalau kita bermimpi...."
saya tersenyum karena itu memang lagu yang bikin hepi. Kemudian, ditanya, apa cubitan ini sakit.. saya ga rasa apa-apa. Kemudian prosedur dimulai. Saya merasa perut di tiup-tiup pakai alat, kemudian di dorong-dorong, tapi ga terasa sakit. Sekitar 30menit -1 jam, ada bayi menangis. Saya langsung membuka mata dan melihat Fatih sedang di timbang. Ga keliatan mukanya, tapi badannya bersih dan putih. Saya bahagia banget. pas kepala liat ke atas, OMG! itu perut saya bisa saya liat sedang di buka (pantulan dari lampu operasi). Saya liat lapisan-lapisan kulit yang sedang dijahit. Banyak darah, dan saya mendengar suara penghisap cairan sedang menghisap-hisap darah. Saya ga kuat dan tutup mata lagi.
Lama-lama, saya merasa dorongan-dorongan semakin kuat dan mulai terasa sakit. Saya merasa sangat dinginn. Mereka kasih blower penghangat. Bagian pundak dan kepala saya bergerak-gerak sendiri dan merasa pegal. Saya langsung bilang, kok kerasa ya, sakit nih, saya takut kalau obat habis dan saya bisa rasakana semuanya. Sedangkan masih ada 4 lapis lagi. Akhirnya, dosis ditambah dan saya hilang ingatan.
Ketika terbangun, saya sudah di ruang pasca operasi sendirian (ada beberapa orang di sana). Saya mulai sadar, badan sakit semua dan teriak-teriak minta tolong. Itu adalah efek obat bius. Setelah agak lama, mereka dorong saya keluar. Saya melihat semua keluarga saya disana, tapi saya tidak bisa fokus. Gigi gemeretuk, mulut seperti orang stroke dan kayak orang kesurupan. Sambil terus menahan sakit, terus mengucapkan Allahuakbar, la illa ha illallah, ya Allah... memang sakit sekali..
Akhirnya saya bisa fokus dan ngomong. Perut sakit karena kontraksi rahim dari cairan oxitocyn, seperti kontraksi mau melahirkan.
Sehari setelah itu, di suruh duduk dan berjalan.. rasanya seperti perut mau tumpah, sakiiiit dan saya hampir pingsan. HB langsung turun karena rasa sakit.

Tahap dan Biaya Proses Pembuatan Syarat Visa dan Pengajuan Visa Student

  Tulisan ini akan selalu berkembang sampai saya selesai apply dan dapat visa ya. Membaca semua informasi di website https://www.immigration...