Ini bukan lanjutan tetralogi Andrea Hirata, tapi hanya mengulas sedikit mengenai desa kecil yang berada di Selatan Yorkshire, Derbyshire, Inggris. Penduduknya yang tidak sampai 200 orang ini, membuat desa kecil ini sungguh tenang dan menenangkan. Edensor atau yang penyebutannya Enzar ini dipopulerkan oleh Andrea Hirata. Penduduknya terheran-heran, mengapa banyak mahasiswa dari Asia, tepatnya Indonesia, yang berkunjung dan mengambil foto dan video di desa mereka. Arsitektur rumah di desa Edensor pun memiliki keunikan tersendiri karena didesain oleh Sir Joseph Paxton, yang merupakan arsitek yang mendesain Crystal Palace dan orang pertama yang membudidayakan pisang Cavendish yang terkenal diseluruh dunia ini. Nama pisang ini diambil dari nama keluarga Bangsawan yang berkuasa di wilayah Devonshire kala itu.
Andrea Hirata pernah menyelesaikan tesis-nya di Sheffield, menyusul Profesornya yang pindah ke Sheffield. Ketika mengunjungi rumah Profesornya di Doncaster, beliau sedang tidak ada dirumah dan ia pun naik bis menyusuri desa yang berada di Peak District. Yang saya heran, dari Sheffield ke Doncaster adalah 30 km, dan Sheffield ke Edensor adalah 30 km ke arah sebaliknya, yang membuat perjalanan menjadi 60 km, dan perjalanan pulang-pergi 120km. Dalam waktu hanya 2 jam, ia harus kembali ke rumah profesornya. Tapi, intinya ia menemukan sebuah desa yang selama ini ada dibenaknya selama belasan tahun, sebuah desa berpagar batu bulat, dengan penunjuk arah angin berbentuk ayam jago dan dipenuhi oleh bunga daffodil. Untuk mengunjungi desa Edensor, dari Sheffield City Center, Anda bisa menggunakan bis dari TM Travel yaitu Peak line 218 dengan tiket sejumlah Rp. 115.000,- atau 6.5 poundsterlings. Perjalanan selama satu jam itu tidak akan terasa karena mata Anda akan dimanjakan dengan pemandangan hamparan rumput hijau, kumpulan domba berbulu tebal, sapi berwarna hitam putih seperti iklan susu di TV, bahkan kadang ada pula kuda-kuda yang memakai mantel karena suhu yang dingin. Anda harus turun di Chatsworth House yang merupakan lokasi syuting film Pride and Prejudice karya Jane Austen. Dari sana Anda cukup berjalan mengikuti jalan setapak yang melalui sebuah bukit kecil, ketika Anda berada dipuncak bukit itu, Anda akan melihat desa Edensor dengan menara St. Peter’s Church yang menjadi ikon desa tersebut.
Andrea Hirata menggambarkan Sheffield sebagai kota yang dull, terlihat suram dan seperti kota industri dengan pabrik-pabrik yang telah ditutup selama puluhan tahun. Menurut saya, pemandangan itu hanya terlihat di daerah pabrik saja, Sheffield City Center hampir sama dengan kota-kota di Inggris umumnya, di sepanjang jalan Anda akan melihat jajaran rumah bata dua tingkat dengan exposed brick khas Inggris. Andrea Hirata tinggal di London Road yang banyak komunitas dari Pakistan, India dan negara muslim lainnya, disanalah saya juga tinggal selama satu tahun ketika kuliah strata dua di University of Sheffield, di seberang mesjid Madinah yang merupakan masjid terbesar di Sheffield. Namun, jangan berharap mendengar azan lima waktu.
No comments:
Post a Comment